IAIT Kediri.-Fakultas Dakwah Institut Agama Islam Tribakti (IAIT) Kediri, mengadakan kunjungan ke Sanggar Sekar Jagad Dukuh Kotakan, Desa Bakalan, Kecamatan Polokarto, Kab. Sukoharjo Pimpinan Joko Ngadimin, Kamis (24/01/2015). Rombongan tiba di Sekar Jagad pukul 11.30 WIB, di sambut oleh ibu Joko, pemilik sanggar.
Kunjungan yang dipimpin oleh Wakil Rektor II Drs. Imam Thaulabi, M.Pd.I., dimaksudkan untuk menindaklanjuti hasil penelitian Fakultas Dakwah di sanggar Sekar Jagad beberapa bulan yang lalu. Adapun fokus penelitian Fakultas Dakwah adalah “Deradikalisasi paham radikal melalui sanggar seni” dengan mendapatkan bantuan Penelitian sepenuhnya dari Kementerian Agama Direktorat Pendidikan Tinggi Islam (DIKTIS) .
Lebih lanjut, Thaulabi menjelaskan, tindaklanjut yang dimaksud adalah adanya kesinambungan kerjasama antara kedua belah pihak yang nantinya dapat berdampak positif bagi keduanya, semacam pengiriman mahasiswa untuk mengikuti dan belajar lebih lanjut ke Sekar Jagad. “Lebih jauh, setelah penelitian ini, kami berharap ada kerjasama yang berkesinambungan, semacam itu pendelegasian beberapa mahasiswa untuk mengamalkan Tridarma Perguruan Tinggi di Sekar Jagad”, jelasnya.Perlu diketahui bahwa, selain Wakil Rektor II, Drs. Imam Thaulabi, M.Pd.I., kunjungan itu juga diikuti oleh Wakil Rektor III, Ali Imron, M.Fil.I., Wakil Dekan II Fakultas Dakwah, A. Jauhar Fuad, M.Pd., Wakil Dekan III Dakwah, M. Arif Khoiruddin, M.Pd.I., Ka. Prodi KPI, Drs. Bustanul Arifin, M.Pd.I., Kaprodi Psikologi Islam, Dra. Hj. Susiati Alwy, M.Pd.I., dosen sekaligus Kepala Jurusan Prodi KPI UIN Sunan Ampel Surabaya, Drs. M. Anis Bachtiar, M.Fil.I., serta Staff akademik Fakultas Dakwah IAI Tribakti Kediri. (Dya’)
SATU JAM BERSAMA BAYU DWIHANTO KUNCOHYONO
Bayu Di sela sela kunjungan, beberapa dosen sempat berdiskusi dengan salah satu dewan pengarah atau konseptor Sekar Jagad, Bayu Dwihanto Kuncohyono. Mengawali diskusi, Bayu Dwihanto membuka realita perfilman di Indonesia yang semakin pesat. Di awali dari bagaimana proses peredaran film di Indonesia hingga ke proses produksi Film, yang kebetulan Bayu memiliki terobosan-terobosan untuk memproduksi Film secara sederhana.
“Kebetulan saya lagi menggarap diktat tentang proses pembuatan Film yang sederhana”, jelasnya sambil menunjukkan diktat tersebut yang masih di dalam netbook.Terobosan-terobosan sederhana Bayu tentang pembuatan Film itu sebenarnya berawal dari rasa kehawatiranya terhadap perkembangan Film yang semakin tidak terkontrol. “Terkadang kita terbawa emosi ketika menonton Televisi, tetapi kita tidak bisa melawan dan berbuat apa-apa, makanya kita harus bijak dan cerdas menyikapinya, salah satunya ya dengan membuat Film itu”, jelasnya.Lebih lanjut, pria yang juga aktivis PMII era 80-an itu mencontohkan, jika film-film Holywood bisa menjadi “kiblat”di Indonesia, maka kita seharusnya juga bisa membalikkan keadaan itu, dan menjadiakan film-film produksi anak-anak Negeri menjadi kiblat mereka. “Satu Contoh, Film Holywood saat ini telah menjadi kiblat. Betapa tidak, jika film-film itu lagi tayang, tidak jarang kita mengabaikan aktivitas kita termasuk mau sholat masih nunggu jeda iklan”, jelasnya sambil tertawa.
“Dari fenomena ini, jika meraka (Film Holywood) mampu mengubah “kiblat”kita, mengapa kita tidak bisa? Saya yakin kita pasti bisa mengubah kiblat mereka”, sambungnya dengan nada optimis.Bayu menjelaskan, sebenarnya setiap orang memiliki ide-ide dan gagasan kreatif setiap hari, jika tidak memilikinya tak ubahnya seperti robot. Tetapi terkadang ide itu terlewatkan tanpa bisa diwujudkan. “Sebenarnya kita setiap hari punya ide-ide cemerlang, tetapi kita tidak mampu memunculkan ide itu, nah tugas kita adalah mem-visualkan ide itu dalam bentuk Film”, jelasnya.Di akhir diskusi Bayu berharap, suatu saat nanti ada generasi-generasi muda dari “pinggiran” yang mampu membuat karya hebat. “Saya berharap, nantinya ada karya generasi muda yang muncul, awalnya generasi itu tidak diperhitugkan sama sekali di perFilman Indonesia, tetapi mereka mampu membuat karya hebat yang kemudian diperhitungkan”, pungkasnya. (Dya’)