Belajar akan lebih menyenangkan jika langsung pada sumbernya. Itulah yang dirasakan Fatih (20), Malik (19) dan Zanky (20) saat mengikuti workshop redaksi yang diadakan Trans 7 (10 – 11 April 2015) di Undip Semarang. Tim redaksi Trans7 bekerjasama dengan Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Diponegoro Semarang mengadakan workshop bertema ‘Workshop Redaksi Eksis jadi Jurnalis TV’.
“Sudah sejak lama kami ingin berkerja sama dengan Undip Semarang.” Tutur Titin Rosmasari Pimpinan Redaksi Trans7. Lebih lanjut Titin menjelaskan, Workshop semacam ini sekarang sudah jarang dilakukan, karena membutuhkan tim yang banyak. Mulai dari proses mencari berita hingga menyiarkannya. “Workshop ini sekarang sudah jarang dilakukan, karena butuh tim yang banyak. Maka dari itu kami berharap dapat menggaet tenaga-tenaga baru.” Lanjutnya.
Dengan membawa sekitar separuh tim Redaksi , workshop ini menekankan pada pembelajaran langsung pada mentor. Peserta dibagi menjadi beberapa kelompok dengan mentor masing-masing. Selanjutnya mentor akan menjelaskan teori hingga praktik dalam dapur redaksi.
Tim dengan liputan terbaik akan mendapat hadiah berupa soufenir dan mendapat kesempatan penayangan liputan mereka di Program Redaksi Sore. Dengan metode ini diharapkan workshop dapat memaksimalkan proses pembelajaran dan penyaluran pengalaman, yang menurut Titin, merupakan lebih dari seratus tahun pengalaman para mentor jika diakumulasikan.
Titin yang dalam workshop tersebut didampingi lebih dari sepuluh produser Trans7, menjelaskan, industri TV sekarang membutuhkan tenaga-tenaga muda. Pasalnya mereka adalah sumber kreatifitas. Selain itu, anak-anak muda dianggap lebih mampu menahan tekanan kerja karena dalam menciptakan sebuah berita membutuhkan efford (usaha) yang luar biasa.
Dengan suguhan berita yang menarik, Titin berharap dapat melaksanakan idealisme media yaitu mencerdaskan dan mempersatukan bangsa. Kebutuhan berita yang menarik berbanding lurus dengan keinginan masyarakat Indonesia, dimana mayoritas masih menyukai acara hiburan.
Titin mencontohkan seperti berita kematian Olga Syahputra. Berita tersebut laris di media manapun karena memainkan emosi pemirsa. Media yang mampu membuat liputan yang berbeda dan menarik akan mendapat rating yang tinggi.
Foto Dokumentasi: